Malam Tahun Baru
Pada malam tahun baru Agung mengajak
saya pergi ke Bundaran HI. Agung juga mengajak Aji. Kami pergi memakai motor. Sebelum
berangkat, berkumpul di rumah saya.
Tepat pukul tujuh Agung dan Aji
datang ke rumah saya. “Assalamu‘alaikum….. Yogie…”, kata agung dan aji mengucap
salam. “Wa’alaikum salam”, kata saya. “Wuuuiiiihhh…. Aji, agung. Sini-sini
masuk”, kata saya mengajak Agung dan Aji masuk rumah.
Tak lama kemudian kami pergi ke
Bundaran HI. Pada saat dijalan, akan melewati terowongan pasar perumpung,
ternyata jalan ditutup karena ada tabliq akbar. Terpaksa kami melewati ke arah
Cililitan dan memutar balik arah.
Setelah itu kami bertanya kepada orang yg menutup jalan
tersebut. “Bang, kalo mau ke HI lewat mana ya?”, kata saya bertanya kepada
orang yg menutup jalan. “Mas nanti lewat Jatinegara aja, terus ke Bukit Duri.
Nanti lewatin SMA 81. Keluarnya di stasiun Tebet”, kata orang tersebut
menjelaskan kepada saya. “Oke, makasih bang”, kata saya.
Lalu kita melanjutkan perjalanan menuju HI. Kami memarkirkan
motor di menteng. Kami berjalan dari menteng ke Bundaran HI. Setiba di Bundaran
HI kami melihat pesta kembang api. Agung terkejut menyaksikan kembang api yang
dahsyat. “Wah… Gila mantep banget”, kata Agung. Tiba-tiba Aji berteriak,
“Wuuiiiiihhh…. Aaannnjaaaaasss kereeennn”. “wiiiiiddiiiiihh….. cetarrrrr
membahana”, kata saya.
Pesta kembang api pun selesai. Orang-orang bergegas pulang.
Saat arah menuju menteng padat, orang-orang berjalan berdesakan. Agung
berteriak, “Sabar jalannya sabar”. Tiba-tiba makin bertambah ricuh. Agung berusaha
membuat keadaan tenang dengan berteriak sambil bercanda, “Awaaassss
coopeeeettt, aawaaaasss copeett”. Kemudian aji menyahut, “Sssssstttttt…. Ngaco
lu Gung”. Saya dan agung tertawa terbahak bahak, “hahahaha…. Ngakak guaa”.
Kami mulai lelah. Kami memesan kopi sambil duduk santai.
“Bang, kopinya tiga ya!”, kata Aji memesan kopi. “Sip, bos”, kata penjual kopi.
“Eh, Gung abis ini kita kemana?”, kata Aji. “Pulang aja ah,
gue ngantuk”, kata saya. “Yaudah pulang aja”, kata Agung.
“Bos, nih kopinya”, kata penjual kopi. “Oh iya iya bang”,
kata saya mengambil kopi. “Waahh… manteep”, kata aji sambil menikmati kopi.
Setelah minum kopi kami bergegas pulang. “Ayok kita cabut”, kata Agung.
“Ayolah”, kata Aji. Kami pulang dan beristirahat untuk menjalani aktivitas pagi
hari.
No comments:
Post a Comment