Menyerempet mobil APV
Pagi hari saya dibangunkan oleh ibu saya untuk mandi dan bersiap-siap
untuk pergi. Kami sekeluarga pergi ke Cibitung untuk melihat kondisi rumah
disana sekaligus mengisi hari libur. Saya diberi tugas menyetir mobil saat
pergi kesana. Pada saat itu saya baru bisa menyetir mobil.
Setelah saya mandi dan sudah rapi untuk bersiap-siap pergi, saya
memanaskan mobil terlebih dahulu. Sambil menunggu memanaskan mobil, saya
mengelap mobil karena terlihat kumuh oleh debu dan sedikit lumpur. Seluruh
bagian mobil saya lap sampai bersih agar terlihat indah kembali.
Setelah semuanya sudah rapi dan bersiap untuk pergi, saya bergegas masuk
dan mengeluarkan mobil dari garasi. Setelah mobil keluar, pintu rumah sudah
terkunci rapat, dan semuanya sudah masuk ke mobil dengan santai saya langsung
menjalankan mobil. Di awal perjalanan saya menanyakan kepada ayah saya tol mana
yang akan dilalui. Saya belum tahu jika ingin ke Cibitung melalui tol yang
terdekat dari rumah saya, ternyata masuknya dari tol Bintara. Rumah saya
tepatnya di Pondok Kelapa. Maklum, namanya juga baru bisa menyetir mobil. Saya
belum paham banyak jalan di Jakarta, Bekasi, dan sekitarnya.
Setelah memasuki tol, dengan santai saya berpindah ke jalur paling
kanan/atau sering disebut jalur cepat. Saya menyetir mobil dari awalnya
perlahan sampai kecepatan 100km/h. Di saat kecepatan 100km/h saya diberi
peringatan untuk lebih hati-hati mengemudikan stir mobil di saat kecepatan
tinggi. Setelah itu saya disuruh untuk menurunkan kecepatan karena sebentar
lagi akan keluar tol.
Setelah keluar tol, kemudian melalui jalan perkampungan. Jalan
perkampungan menuju Cibitung sangat ekstrim. Jalanannya banyak lubang, dan juga
sempit. Saat di tikungan ke kiri, ketika saya ingin belok ada lubang yg cukup
besar. Saya berusaha menghindari lubang tersebut. Ketika lubang tersebut dapat
dihindari, saya langsung membelokkan stir dan ketika berbelok sepat ada mobil
apv dari arah lawan. Ketika itu juga saya menyerempet mobil apv.
Setelah menyerempet saya menghentikan mobil ke pinggir jalan. Saya
keluar untuk segera membicarakan hal tersebut dengan yang mengemudikan mobil
apv. Memang kesalahan saya menghindari lubang, tetapi mobil apv juga jalan
terlalu cepat sehingga tidak memberikan ruang sedikitpun antara mobil yang saya
kendarai dengan mobil apv. Setelah itu, ayah saya mengganti kerugian terhadap
hal tersebut dengan memberikan uang sesuai tingkat keparahan mobil yang saya
serempet daripada terlalu lama untuk mengurusi mobil apv yang saya serempet
untuk diperbaiki ke bengkel.
Saya sempat shock setelah terjadi tragedi seperti itu. Saya menyetir
dengan lambat dan sangat hati-hati. Saya merasa bersalah terhadap orangtua
saya. Setelah sampai tujuan, saya meminta maaf terhadap kedua orangtua saya
bahwa saya bersalah, kurang hati-hati dalam menyetir. Kedua orangtua saya
memaafkan dan memaklumi bahwa saya baru bisa menyetir mobil. Lama-lama rasa
khawatir dan shock tersebut hilang dan hal tersebut dapat menjadi pelajaran
bagi saya
No comments:
Post a Comment