Friday, November 29, 2013


Menyerempet mobil APV

Pagi hari saya dibangunkan oleh ibu saya untuk mandi dan bersiap-siap untuk pergi. Kami sekeluarga pergi ke Cibitung untuk melihat kondisi rumah disana sekaligus mengisi hari libur. Saya diberi tugas menyetir mobil saat pergi kesana. Pada saat itu saya baru bisa menyetir mobil.
Setelah saya mandi dan sudah rapi untuk bersiap-siap pergi, saya memanaskan mobil terlebih dahulu. Sambil menunggu memanaskan mobil, saya mengelap mobil karena terlihat kumuh oleh debu dan sedikit lumpur. Seluruh bagian mobil saya lap sampai bersih agar terlihat indah kembali.
Setelah semuanya sudah rapi dan bersiap untuk pergi, saya bergegas masuk dan mengeluarkan mobil dari garasi. Setelah mobil keluar, pintu rumah sudah terkunci rapat, dan semuanya sudah masuk ke mobil dengan santai saya langsung menjalankan mobil. Di awal perjalanan saya menanyakan kepada ayah saya tol mana yang akan dilalui. Saya belum tahu jika ingin ke Cibitung melalui tol yang terdekat dari rumah saya, ternyata masuknya dari tol Bintara. Rumah saya tepatnya di Pondok Kelapa. Maklum, namanya juga baru bisa menyetir mobil. Saya belum paham banyak jalan di Jakarta, Bekasi, dan sekitarnya.
Setelah memasuki tol, dengan santai saya berpindah ke jalur paling kanan/atau sering disebut jalur cepat. Saya menyetir mobil dari awalnya perlahan sampai kecepatan 100km/h. Di saat kecepatan 100km/h saya diberi peringatan untuk lebih hati-hati mengemudikan stir mobil di saat kecepatan tinggi. Setelah itu saya disuruh untuk menurunkan kecepatan karena sebentar lagi akan keluar tol.
Setelah keluar tol, kemudian melalui jalan perkampungan. Jalan perkampungan menuju Cibitung sangat ekstrim. Jalanannya banyak lubang, dan juga sempit. Saat di tikungan ke kiri, ketika saya ingin belok ada lubang yg cukup besar. Saya berusaha menghindari lubang tersebut. Ketika lubang tersebut dapat dihindari, saya langsung membelokkan stir dan ketika berbelok sepat ada mobil apv dari arah lawan. Ketika itu juga saya menyerempet mobil apv.
Setelah menyerempet saya menghentikan mobil ke pinggir jalan. Saya keluar untuk segera membicarakan hal tersebut dengan yang mengemudikan mobil apv. Memang kesalahan saya menghindari lubang, tetapi mobil apv juga jalan terlalu cepat sehingga tidak memberikan ruang sedikitpun antara mobil yang saya kendarai dengan mobil apv. Setelah itu, ayah saya mengganti kerugian terhadap hal tersebut dengan memberikan uang sesuai tingkat keparahan mobil yang saya serempet daripada terlalu lama untuk mengurusi mobil apv yang saya serempet untuk diperbaiki ke bengkel.
Saya sempat shock setelah terjadi tragedi seperti itu. Saya menyetir dengan lambat dan sangat hati-hati. Saya merasa bersalah terhadap orangtua saya. Setelah sampai tujuan, saya meminta maaf terhadap kedua orangtua saya bahwa saya bersalah, kurang hati-hati dalam menyetir. Kedua orangtua saya memaafkan dan memaklumi bahwa saya baru bisa menyetir mobil. Lama-lama rasa khawatir dan shock tersebut hilang dan hal tersebut dapat menjadi pelajaran bagi saya

No comments:

Post a Comment