Tugas 2
1.
Pengertian Karangan
Karangan adalah pengungkapan
gagasan atau ide dalam sebuah karya tulis untuk dipahami oleh pembaca. Karangan
terdiri dari karangan fiksi dan karangan nonfiksi. Karangan fiksi adalah
karangan yang dibuat dengan menggunakan sisi imajinatif dari pengarang.
Contohnya adalah dongeng dan cerita pendek.
Sedangkan karangan nonfiksi adalah karangan yang dibuat berdasarkan
suatu kejadian atau realita yang benar-benar terjadi. Karangan nonfiksi dibagi
menjadi karangan ilmiah dan karangan informatif.
Karangan ilmiah merupakan karangan
yang dibuat berdasarkan hasil pengamatan atau penelitian. Cara penulisannya
memiliki struktur dan aturan tersendiri yang dibuat dan ditaati oleh masyarakat
ilmiah. Karangan ilmiah ini harus mengungkapkan fakta-fakta yang didapat dari
penelitian tanpa menambah maupun mengurangi hasilnya. Biasanya karangan ilmiah
mencantumkan kesimpulan agar pembaca dapat lebih mudah memahami isi karangan.
Ciri-ciri karangan ilmiah adalah tidak persuasif, tidak argumentatif, objektif,
sistematis, dan teratur. Hal ini menyebabkan karangan ilmiah tidak begitu
menarik dan kemungkinan pembaca akan merasa bosan.
2.
MACAM, SIFAT DAN BENTUK KARANGAN
A.
Macam – macam Karangan Ilmiah
Ada berbagai
macam karangan ilmiah, berikut diantaranya :
·
Laporan penelitian. Laporan yang ditulis
berdasarkan penelitian. Misalnya laporan penelitian yang didanai oleh Fakultas
dan Universitas, laporan ekskavasi arkeologis yang dibiayai oleh Departemen
Kebudayaan, dsb.
·
Skripsi. Tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar
akademik sarjana strata satu (Si).
·
Tesis. Tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar
akademik strata dua (S2), yaitu Master.
·
Disertasi. Tulisan ilmiah untuk mendapat gelar
akademik strata tiga (S3), yaitu Doktor.
·
Surat
pembaca. Surat yang berisi kritik dan tanggapan terhadap isi suatu tulisan
ilmiah.
·
Laporan
kasus. Tulisan mengenai kasus-kasus yang ada yang dilandasi dengan teori.
B. Sifat Karangan
Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan
istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis.
Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya
fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang
sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi
dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang
signifikan. Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa
aspek :
·
Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu
hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian
antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan
pengamatan atau observasi.
·
Karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis.
Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu
dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses
pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
·
Dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan
ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik
penulisan karya ilmiah.
Perbedaan-perbedaan inilah yang
dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
Selain karya ilmiah dan nonilmiah
yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk
semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara
karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193)
menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semiilmiah,
ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi
karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di
bidang ilmu tertentu, dalam karangan semiilmiah bahasa yang terlalu teknis
tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih
mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus.
Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati
kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis,
sedangkan karangan semiilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi
bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu
terdapat pada karangan semiilmiah.
Berdasarkan karakteristik karangan
ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong
dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang
tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai,
resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat,
cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
Karya nonilmiah sangat bervariasi
topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan
nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif.
Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer,
walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis.
Karya nonilmiah bersifat, antara
lain :
1.
Emotif : merupakan kemewahan dan cinta lebih
menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi
2.
Persuasif : merupakan penilaian fakta tanpa
bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir
pembaca dan cukup informative
3.
Deskriptif : merupakan pendapat pribadi,
sebagian imajinatif dan subjektif, dan jika kritik adakalanya tanpa dukungan
bukti.
3. Bentuk Karangan
a. Karangan ilmiah
Karangan ilmiah
adalah biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan diterbitkan yang
memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang
atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan
ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai
jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau
simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan
produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang
terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam
melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Di perguruan
tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah
seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya
merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam.
Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan
simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap
karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang
dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai
wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.
Tujuan karya
ilmiah, antara lain:
·
Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran
atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan
metodologis.
·
Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa,
sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu
menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu
pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
·
Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan
menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau
orang-orang yang berminat membacanya.
·
Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang
dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk
karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan
dari jurusannya.
·
Melatih keterampilan dasar untuk melakukan
penelitian.
Manfaat
penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut:
·
Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca
yang efektif;
·
Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari
berbagai sumber;
·
Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
·
Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara
jelas dan sistematis;
·
Memperoleh kepuasan intelektual;
·
Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan;
·
Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk
penelitian selanjutnya
b. Karangan Non Ilmiah
Karya non-ilmiah
adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan
pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung
fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa
digunakan (tidak terlalu formal).
Jenis-jenis yang
termasuk karya non-ilmiah, yaitu:
·
Dongeng
·
Cerpen
·
Novel
·
Drama
·
Roman
c. Karangan
Semi Ilmiah (Populer)
Karya tulis semi ilmiah merupakan sebuah penulisan
yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan yang ditulis dengan bahasa
konkret dan formal, kata-katanya teknis dan didukung dengan fakta umum yang
dapat dibuktikan kebenarannya. Karya tulis ini juga merupakan sebuah penulisan
yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya tidak
semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang
sintesis-analitis karena sering dimasukkan dalam kary tulis ini. Karya tulis
semi ilmiah biasanya digunakan dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman
dan cerpen.
4. CIRI-CIRI KARANGAN ILMIAH
Dalam karya ilmiah ada 4 aspek yang menjadi karakteristik utamanya, yaitu :
a.
Struktur Sajian
Struktur sajian
karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan),
bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan
pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang
ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian
penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang
tindak lanjut gagasan tersebut.
b.
Komponen dan Substansi
Komponen karya
ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung
pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang
dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
c.
Sikap Penulis
Sikap penulis
dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya
bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan
kata ganti orang pertama atau kedua
d.
Penggunaan Bahasa
Bahasa yang
digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan
kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.
Selain ciri-ciri diatas karangan ilmiah juga
mempunyai ciri-ciri, antara lain:
1. Kejelasan. Artinya semua yang dikemukakan
tidak samar-samar, pengungkapan maksudnya tepat dan jernih.
2.
Kelogisan. Artinya keterangan yang dikemukakan
masuk akal.
3.
Kelugasan. Artinya pembicaraan langsung pada hal
yang pokok.
4.
Keobjektifan. Artinya semua keterangan
benar-benar aktual, apa adanya.
5.
Keseksamaan. Artinya berusaha untuk menghindari
diri dari kesalahan atau kehilafan betapapun kecilnya.
6.
Kesistematisan. Artinya semua yang dikemukakan
disusun menurut urutan yang memperlihatkan kesinambungan.
7.
Ketuntasan. Artinya segi masalah dikupas secara
mendalam dan selengkap lengkapnya.
5. CIRI-CIRI KARANGAN NON ILMIAH
Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang
pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif,
tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular
atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).
Ciri-ciri Karya Tulis Non-Ilmiah:
•
Ditulis
berdasarkan fakta pribadi.
•
Fakta
yang disimpulkan subyektif.
•
Gaya
bahasa konotatif dan populer.
•
Tidak memuat hipotesis.
•
Penyajian dibarengi dengan sejarah.
•
Bersifat imajinatif.
•
Situasi didramatisir.
•
Bersifat persuasif.
•
Tanpa dukungan bukti.
6. CIRI-CIRI KARANGAN ILMIAH POPULER
Karangan semi Ilmiah adalah karangan ilmu pengatahun yang menyajikan fakta
umum dan menurut metodologi panulisan yang baik dan benar, ditulis dengan
bahasa konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya tekhnis dan didukung dengan
fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan yang
menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya pun tidak
semi-formal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang
sintesis-analitis karena sering dimasukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari
karangan non-ilmiah tersebut ialah karena jenis semi ilmiah memang masih banyak
digunakan misal dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan
cerpen.
Ciri-ciri karangan semi ilmiah atau
ilmiah popular, yaitu :
•
Ditulis berdasarkan fakta pribadi;
•
Fakta
yang disimpulkan subjektif;
•
Gaya
bahasa formal dan popular;
• Mementingkan
diri penulis;
• Melebih-lebihkan sesuatu;
• Usulan-usulan bersifat argumentative; dan
Bersifat persuasive.
Jenis karangan semi ilmiah yaitu
artikel, editorial, opini, tips, reportase, dan resensi buku. Resensi buku
adalah bentuk konbinasi antara uraian, ringkasan, dan kritik objektif terhadap
sebuah buku.
1. Pengertian
Metode Ilmiah
Metode
ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah
proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan
terkontrol.
Metode
ilmiah merupakan proses berpikir untuk memecahkan masalah. Metode ilmiah
berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban atau pemecahannya.
Proses berpikir ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat dari sebuah asumsi,
atau simpulan, bukan pula berdasarkan
data atau fakta khusus. Proses berpikir untuk memecahkan masalah lebih
berdasar kepada masalah nyata. Untuk memulai suatu metode ilmiah, maka dengan
demikian pertama-tama harus dirumuskan masalah apa yang sedang dihadapi dan
sedang dicari pemecahannya. Rumusan permasalahan ini akan menuntun proses
selanjutnya.
Pada
Metode Ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis.
Dalam
metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan bertahap,
tidak zig-zag. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran
akan adanya masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah,
proses berpikir dilakukan sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara
sistematis dan berurutan. Metode ilmiah didasarkan pada data empiris.
Setiap
metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris. maksudnya adalah, bahwa
masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu harus tersedia
datanya, yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak
tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode
ilmiah. Apabila sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka
itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.
Pada
metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara terkontrol. Di saat
melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara terkontrol.
Maksudnya terkontrol disini adalah, dalam berpikir secara ilmiah itu dilakukan
secara sadar dan terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga ingin
membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang
berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan
tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.
2. Tujuan
Mempelajari Metode Ilmiah
Tujuan
adalah salah satu bentuk harapan untuk dimasa yang akan datang. Untuk karena
itu dalam penulisan ilmiah kita tidak bias asal tulis atau tidak mengindahkan
kaidah-kaidah dala penulisan ilmiah. Dalam penulisan ini kita harus mempunyai
metodenya agar tulisan kita dapat dipahami dan dimengerti oleh si pembaca
dikemudian hari. Ini adalah beberapa tujuan kita mempelajari metode ilmiah:
·
Meningkatkan keterampilan dalam
mengorganisasikan dan menyajikan fakta secara sistematis
·
Meningkatkan keterampilan dalam menulis berbagai
karya tulis
·
Meningkatkan pengetahuan tentang mekanisme
penulisan karangan ilmiah
3. Sikap
Ilmiah
Istilah
sikap dalam bahasa Inggris disebut “Attitude” sedangkan istilah attitude
sendiri berasal dari bahasa latin yakni “Aptus” yang berarti keadaan siap
secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Triandis mendefenisikan
sikap sebagai : “ An attitude ia an idea charged with emotion which predis
poses a class of actions to aparcitular class of social situation”. Rumusan di
atas diartikan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif,
komponen afektif dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu
obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau
negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang
senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu
bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek.
Menurut
Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa :”Sikap ilmiah pada dasarnya adalah
sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan
sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecendrungan individu untuk
bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis
melalui langkah-langkah ilmiah.
Beberapa
sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34) yang biasa
dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah,
antara lain :
·
Sikap ingin tahu
·
Sikap kritis
·
Sikap obyektif
·
Sikap ingin menemukan
·
Sikap tekun
4.
Langkah-Langkah Metode Ilmiah
Karena metode
ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka terdapat langkah-langkah
yang harus dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau
tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun langkah-langkah
metode ilmiah adalah sebagai berikut:
a)
Merumuskan masalah.
b)
Merumuskan hipotesis.
c)
Mengumpulkan data.
d)
Menguji hipotesis.
e)
Merumuskan kesimpulan.
f)
Merumuskan Masalah
Berpikir ilmiah
melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah.
Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan
penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode
ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut,
kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan.
a)
Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah
jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian
berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir
ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat
memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali
pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat
penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan
peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini
dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan.
b)
Mengumpulkan Data
Pengumpulan data
merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam
metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang
sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis
yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode
ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya
sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.
c)
Menguji Hipotesis
Sudah disebutkan
sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu permasalahan yang
telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses
pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti
tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak
hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti
harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf
signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat kepercayaan
terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi
berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu
sendiri.
Merumuskan
Kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir
ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan
simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam
bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan
untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan,
walaupun dianggap cukup penting.
Sumber: